a)
Teori
Behavioristik
Teori Belajar behavioristik adalah teori
belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi
antara stimulus dan respon. Pengertian belajar menurut pandangan teori
behavioristik, adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar jika ia
telah menunjukan perubahan tingkah laku. Menurut teori ini, yang
terpenting adalah masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau out
put yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi diantara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan, karena tidak dapat diamati dan diukur.
Penerapan teori behavioristik
dalam kegiatan belajar
Dalam aplikasinya di
dalam kegiatan belajar teori behavioristik bergantung kepada sistem
pembelajaran dengan pengetahuan yang telah terstruktur dengan rapi, sehingga
belajar melalui motede ini hanyalah memindahkan pengetahuan (transfer of
knowledge) dari pengajar ke peserta didik. Fungsi mind dalam teori ini hanyalah
untuk menjiplak struktur pengetahuan yang sudah ada, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut, dan peserta didik diharapkan akan memiliki
pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Demikian halnya dalam
pembelajaran, peserta didik dianggap sebagai objek pasif yang selalu
membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan
standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para
peserta didik. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar peserta didik diukur
hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Dampak dari penerapan teori
behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan kebebasan
bagi peserta didik untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan
kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat
otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan
seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk
berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
b)
Teori
Belajar kongnitivistik
Teori kognitivistik adalah suatu teori
yang lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Menurut
teori ini Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Dan perubahan
persepsi serta pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang
bisa diamati. belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan
respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Asumsi dasar
teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam
dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur kognitif.
Menurut teori ini proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.
Penerapan teori kognitivistikdalam
kegiatan belajar
Penerapan teori belajar
kognitivistik dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami beberapa hal,
seperti ; 1) bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang pola pikirnya sudah
maju sehingga mudah dalam proses berpikirnya, 2) Pada anak usia pra sekolah dan
awal sekolah dasar proses belajar haruslah menggunakan benda-benda konkret, 3) Guru menuyusun materi dengan menggunakan pola atau
logika tertentu dari sederhana ke kompleks, 4) Guru harus menciptakan
pembelajaran yang bermakna dan memperhatikan perbedaan individual siswa untuk
mencapai keberhasilan siswa, dan 5) Guru hendaknya memberikan rangsangan kepada
peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Sedangkan menurut
Piaget, aplikasi teori kognitif dalam pembelajaran, yaitu ; 1) Memusatkan
perhatian pada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya.
Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil
tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan
memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap
pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah
dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman yang dimaksud,
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisisiatif sendiri dan keterlibatan
aktif dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, pengajaran pengetahuan jadi
(ready mode knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi sponta dengan lingkungan, 3) Memaklumi akan adanya
perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan. Teori Kognitif
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang
sama, namun pertunbuhan itu yang berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh
karena itu, guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas dalam kelas
yang terdiri dari individu-individu ke dalam kelompok-kelompok kecil siswa
daripada aktivitas dalam kelompok klasikal, dan 4) Mengutamakan peran siswa saling berinteraksi. Menurut piaget, pertukaran
gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penalaran. Walaupun
penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat
disimulasikan.
c) Teori belajar humanistic
Teori Belajar Humanistik adalah suatu
teori dalam pembelajaran yang mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa
serta bagaimana peserta didik mampu mengembangkan potensi dirinya. dalam teori
belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia
itu sendiri. Dalam kesehariannya teori ini lebih banyak berbicara tentang
pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan
kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang
paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita
amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk“memanusiakan
manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Penerapan teori
humanistic dalam kegiatan belajar
Dalam aplikasi teori humanistic lebih menunjuk pada
ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang
diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator
bagi para siswa, yang memberikan motivasi dan kesadaran
mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman
belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran. Teori humanistik cenderung
mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Dalam teori
ini siswa berperan sebagai pelaku utama ( student center ) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Dalam aplikasi pembelajaranya, teori
humanistic lebih menekankan tujuan pembelajarannya kepada proses belajar dari pada
hasil belajar.
d) Teori Belajar Kontruktivistik
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang lebih menekankan pada proses dan kebebasan dalam menggali pengetahuan
serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman. Dalam proses belajarnya pun,
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa
sendiri, untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga siswa menjadi lebih
kreatif dan imajinatif serta dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Yang
terpenting dalam teori konstruktivitik adalah bahwa dalam proses pembelajaran
siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif
mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Peserta
didik perlu di biasakan untuk memecahkan masalah dan memenemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Penekanan belajar siswa
secara aktif ini perlu dikembangkan karena Kreativitas dan keaktifan
siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif
siswa.
Paradigma
lonstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan
awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar
dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oeh karena itu meskipun kemamuan
awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru,
sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.
Penerapan
teori konstruktivistik dalam kegiatan
belajar
Teori
konstruktivistik membawa implikasi dalam pembelajaran yang harus bersifat
kolektif atau kelompok, peserta didik yang dibagi-bagi dalam kelompok tersebut
dituntun untuk lebih aktif dalam mencari pengetahuan atau materi-materi yang
akan dibahas. Sedangkan peran guru dalam pembelajaran menurut teori
kontruktivisme hanya sebatas sebagai fasilitator atau moderator. Artinya guru
bukanlah satu-satunya sumber belajar yang harus selalu ditiru dan segala
ucapandan tindakannya selalu benar. Sebagai fasilitator, guru berperan dalam
memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar